Usia Bukan Penghalang, Beti Suryati Semangat Menjawab Tantangan Teknologi dalam Pembelajaran
Kini tidak bisa dipungkiri bahwa teknologi sangat membantu hidup kita. Salah satunya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Ditambah lagi dengan kondisi pandemi, membuat kegiatan pembelajaran di mana biasanya guru bisa bertemu langsung dengan murid, sekarang harus secara jarak jauh. Namun sayangnya, tidak semua sekolah siap menghadapi tuntutan perubahan cara belajar ini.
Siapa sangka sudah banyak sekolah memanfaatkan teknologi dalam proses belajar. Pemanfaatan teknologi menjadi semakin relevan karena sekarang murid harus belajar dari rumah. Proses belajar mengajar secara daring ini menuntut murid dan guru siap dan cepat beradaptasi dengan segala tantangan yang mengikutinya.
Sebagian guru, terutama mereka yang senior, mungkin mengalami kesulitan saat pertama kali harus berhadapan dengan teknologi untuk mengajar. Namun tidak demikian dengan Bu Beti Suryati, akrab disapa dengan Ibu Ibet. seorang guru senior SMP Al Azhar Syifa Budi Cibubur. Berada di antara teman-teman guru milenial tidak membuat Bu Ibet minder dan takut teknologi. Justru ini ia anggap sebagai tantangan dan ia hadapi dengan penuh semangat serta antusias yang tinggi.
Faktor yang mendorong semangat dan antusiasme Bu Ibet dalam penerapan teknologi untuk pembelajaran adalah rasa ingin tahu yang tinggi. Bu Ibet justru merasa tertantang untuk bisa menggunakan teknologi secanggih teman-teman guru milenialnya. Tak jarang Bu Ibet menemui kesulitan teknis, baik ketika menggunakan aplikasi ataupun hardware. Bu Ibet mengatasinya dengan bertanya pada teman-teman sesama guru, bahkan juga pada murid-muridnya sendiri.
“Di sekolah saya termasuk yang senior. Bisa dibilang gaptek. Ngajar udah 20 tahun. Tapi pengen juga keluar dari zona nyaman. Biar ngajarnya nggak gitu-gitu aja. Terus temen-temen guru yang lain angkatan 90-an. Saya mah angkatan kolonial. Mereka milenial. Mereka lebih cepet. Ada yang ga paham, tanya. Saya modalnya cerewet. Banyak nanya. Itu lah kenapa yang mungkin membuat saya bisa cepat ya ngajar pakai teknologi ini,” cerita Bu Ibet.
Selain rasa ingin tahu sebagai kunci, bimbingan dari Websis for Edu juga yang membuat pengalaman pembelajaran teknologi menjadi lebih mudah. Bu Ibet juga mengakui Tim Websis cukup responsif dalam memberikan solusi.
“Untuk aplikasi, saya banyak nanya ke Tim Websis. Sampai ke teknis nulis caption ada yang error, nanya ke Tim Websis juga. Sampai ke pemilihan font huruf yang disukai milenial saya juga pengen tahu apa dan cara bikinnya gimana. Bahasa juga penggennya yang kekinian. Seneng ada teknologi. Banyak buka wawasan, mindset. Skenario pembelajaran juga berkembang, variatif.”
Ketika awal menggunakan, mungkin guru mengalami kesulitan. Namun demikian, saat sudah mengetahui mudahnya menggunakan perangkat dan aplikasi, justru guru malah senang dan ketagihan.
Nah, dengan pendampingan dari Websis kini sekolah tidak perlu khawatir lagi. Tim Websis siap melayani berbagai pertanyaan dan kendala penggunaan teknologi yang bersangkutan dengan kegiatan belajar-mengajar.
Menurut Teori Darwin, “Bukan yang terkuat yang mampu bertahan, melainkan yang paling adaptif dalam merespon perubahan”.
Dunia selalu berubah dan dinamis, akan selalu muncul masalah-masalah baru yang tidak bisa dipecahkan dengan pola pikir dan cara-cara yang lama. Itulah pentingnya kreativitas dan inovasi menjawab berbagai perubahan.
Apakah sekolah sudah siap merespon perubahan?
Jika Anda tertarik untuk menerapkan penggunaan teknologi digital dalam pembelajaran, segera konsultasikan bersama kami!
Responses